“Era Koneksi Tanpa Keintiman”: Kita Dekat, Tapi Sebenarnya Jauh
Pernah nggak sih, kamu ngerasa connected sama banyak orang—tapi di saat yang sama, hati kamu kayak kosong? Teman banyak, grup WA rame, DM masuk tiap jam. Tapi tetap aja, kamu merasa sepi.
Selamat datang di era koneksi tanpa keintiman.
Teknologi Mempersingkat Jarak, Tapi Memperlebar Rasa
Dulu, kita butuh waktu buat benar-benar kenal seseorang. Sekarang? Cukup scroll 30 detik, kamu udah tau siapa dia, siapa mantannya, hobinya apa, sampai quotes favoritnya. Tapi itu semua data, bukan kedekatan.
Menurut sebuah penelitian dari American Journal of Health Promotion (2020), penggunaan media sosial yang intensif berhubungan dengan meningkatnya perasaan kesepian. Orang yang menghabiskan lebih dari 2 jam sehari di media sosial punya kemungkinan 2x lipat merasa “sangat kesepian” dibanding yang pakainya lebih sedikit.
Sumber: Primack, B., et al. “Social Media Use and Perceived Social Isolation Among Young Adults in the U.S.” AJHP, 2020.
Ghosting & Seen Doang: Budaya Instan yang Bikin Luka
Zaman sekarang, semua serba fast. Bahkan hubungan juga. Kita bisa chatting intens 3 hari, terus besoknya hilang tanpa jejak. Ghosting jadi hal biasa, dan luka emosional dianggap lebay.
Padahal menurut jurnal dari Journal of Social and Personal Relationships (2021), perlakuan seperti ini bisa memicu respons stres yang setara dengan ditolak secara langsung di kehidupan nyata. Dan ketika terjadi berulang, itu bisa berdampak ke harga diri dan kepercayaan terhadap hubungan.
Sumber: LeFebvre, L. (2021). “Ghosting and Relationship Dissolution: Psychological Outcomes and Media Impacts.” JSPR.
Koneksi Asli Butuh Waktu dan Emosi, Bukan Cuma Emoji
Kita sering ngira hubungan itu sekadar komunikasi. Padahal yang bikin kita merasa terhubung itu adalah validasi emosi, rasa dimengerti, dan konsistensi kehadiran—hal yang nggak bisa dipenuhi cuma lewat story reaction atau emoji api.
Intimasi itu dibangun dari kerentanan, dari obrolan panjang yang nggak melulu instan, dari diam bareng tapi nyaman.
Dan sayangnya, teknologi bikin semua itu serba skip. Kita nggak sabar lagi denger cerita panjang. Kita takut tampil “lemah”. Padahal justru di situlah koneksi itu hidup.
Jadi, Apa Solusinya?
-
Kurangi FOMO, Tingkatkan Fokus ke Orang Nyata
Lebih baik punya 3 teman yang bisa kamu peluk saat nangis, daripada 300 followers yang cuma kasih emot love. -
Berani Bicara dari Hati, Bukan dari Filter
Kadang satu “apa kabar kamu beneran?” jauh lebih dalam dari 10 story reaction. -
Jadwalkan Digital Break
Sediakan waktu tanpa layar. Biarkan pikiran kamu merasakan sunyi. Karena dari situ, kamu bisa tahu siapa yang benar-benar hadir.
Penutup: Jangan Sampai Hati Mati Karena Internet
Di dunia yang penuh sinyal, ironisnya, kita kehilangan “getaran”. Jangan sampai koneksi bikin kita lupa gimana rasanya benar-benar dekat. Karena hidup bukan tentang siapa yang paling banyak koneksi, tapi siapa yang paling dalam relasinya.
.jpeg)
.jpeg)
Komentar
Posting Komentar